Menurut Reuters, AS dan China memutuskan akan bergabung untuk mendapat kendali terkait pasar minyak global. Beberapa analis menduga bahwa strategi ini bertujuan dalam menurunkan harga minyak.
Otoritas China bersiap untuk merilis minyak dari cadangan strategis mereka. Mereka mengikuti rencana, yang menurutnya AS harus bersatu dengan konsumen minyak terkemuka lainnya untuk membuat pasar minyak global lebih murah.
Reuters menekankan bahwa China berpartisipasi dalam implementasi rencana Joe Biden. Negara ini siap untuk menggunakan sejumlah besar minyak, jika harganya melampaui $85 per barel. Jika harga minyak tetap disekitar $75 per barel, otoritas China berencana akan merilis jumlah kecil dari minyak dari cadangan mereka.
Pada November 2021, pemerintah Biden secara khusus melakukan serangkaian pembahasan terkait rilis cadangan dengan konsumen minyak besar. "Biden dan ajudan utama membahas kemungkinan rilis terkoordinasi dari cadangan minyak dengan sekutu dekat termasuk Jepang, Korea Selatan dan India, serta dengan China," tulis Reuters. Selama beberapa bulan terakhir, AS menjual bagian dari cadangan minyaknya. Jepang dan Korea Selatan juga mengumumkan niat mereka untuk penjualan minyak.
Negara menduga bahwa rencana Joe Biden akan memungkinkan negara-negara sekutu untuk untuk meningkatkan pasokan minyak melalui pelepasannya dari cadangan strategis. Dengan demikian, kelebihan pasokan pasar minyak dapat menyebabkan harga yang lebih rendah.
Saat ini, minyak mentah Brent melampaui $80 per barel. Terdapat beberapa alasan untuk hal ini, termasuk gangguan dalam cadangan minyak di Libya dan Kazakhstan serta penurunan dalam cadangan hidrokarbon di AS selama beberapa tahun terakhir dan kemungkinan kenaikan dalam permintaan bahan bakar di Eropa.
