Pasar minyak global kembali mengalami gejolak di tengah serangan yang berkepanjangan oleh Houthi Yaman di Laut Merah. Dengan latar belakang ini, dunia telah menghadapi kekurangan tanker minyak dan peningkatan waktu pengiriman. Situasi ini memerlukan penyelesaian yang mendesak.
Para ahli menekankan bahwa penurunan umum dalam efisiensi armada global disebabkan oleh konflik. Penguatan dan perluasan armada bayangan memainkan peran penting dalam proses pengiriman minyak.
Menurut para analis, hanya dua supertanker yang akan bergabung dengan armada tahun ini, dan pada tahun 2025, jumlahnya akan meningkat menjadi lima. Namun, jumlah ini masih sangat sedikit untuk dapat berfungsi secara normal. Perlu dicatat bahwa, pada tahun 2022, armada dunia menambahkan 42 kapal. Ini adalah jumlah kapal terkecil yang dikirim setiap tahun dalam 40 tahun terakhir.
"Situasi di Laut Merah mengubah fundamental di pasar dan ini menguntungkan operator kapal," ujar Fotios Katsoulas, analis utama untuk pengiriman kapal tanker di S&P Global Commodity Insights. Menurut Fotios Katsoulas, "tingkat ketenagakerjaan kapal telah meningkat sebesar 5% sejak kapal-kapal mulai menghindari jalur perairan."
Perlu dicatat bahwa, sejak November 2023, Ansar Allah (kelompok militan Houthi) telah merebut beberapa kapal di Laut Merah yang terkait dengan Israel. Menurut perwakilan kelompok Houthi, serangan akan terus berlanjut sampai Israel menghentikan agresinya terhadap Jalur Gaza dan warga Palestina. Setelah serangan Houthi, beberapa perusahaan pengiriman menghentikan pengiriman melalui Terusan Suez yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah. Akibatnya, pada akhir Desember tahun lalu, Lloyd Austin, Pimpinan Pentagon, mengumumkan peluncuran Operasi Wali Negeri Internasional, yang bertujuan untuk melindungi Laut Merah dari serangan Houthi.
