Futures tembaga telah naik tajam, melampaui $5,10 per pon, mendekati rekor yang ditetapkan pada Mei tahun lalu. Kenaikan ini didorong oleh kekhawatiran terhadap pasokan dan ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan. Secara khusus, premi untuk tembaga AS dibandingkan dengan rekanannya di LME telah mencapai tingkat yang hampir belum pernah terjadi sebelumnya. Perkembangan ini berasal dari antisipasi bahwa Presiden Donald Trump mungkin akan memberlakukan tarif 25% pada impor tembaga akhir tahun ini. Akibatnya, para pedagang mengalihkan pengiriman dari Asia ke AS untuk memanfaatkan harga yang lebih tinggi dan mengurangi potensi dampak dari tarif tersebut.
Sementara itu, permintaan dari China, konsumen tembaga terbesar, tetap kuat. Hal ini didukung oleh peningkatan aktivitas manufaktur dan komitmen pemerintah untuk memperluas pengeluaran defisit yang bertujuan merangsang perekonomian. Selain itu, di panggung geopolitik, Perdana Menteri China Li Qiang menyerukan peningkatan keterbukaan pasar untuk mengatasi ketidakstabilan global yang meningkat selama Forum Pembangunan China di Beijing pada hari Minggu.