Rupiah Indonesia menguat ke sekitar 16.700 pada Rabu sore, mematahkan tren penurunan selama enam sesi berturut-turut. Kenaikan ini terjadi setelah keputusan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuan di 4,75%, sebuah langkah yang sudah diperkirakan secara luas. Sikap bank sentral ini menunjukkan keyakinan dalam menjaga inflasi dalam kisaran target 2-1/2±1% untuk tahun ini dan tahun depan. Selain itu, langkah-langkah sedang diambil untuk menstabilkan mata uang di tengah volatilitas global yang sedang berlangsung dan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan. Keputusan untuk mempertahankan suku bunga ini datang setelah jeda pada bulan Oktober, menyusul penurunan kumulatif sebesar 150 basis poin selama tahun sebelumnya yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Presiden Prabowo Subianto menargetkan peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi 8% selama masa pemerintahannya, naik dari tingkat pra-pandemi sekitar 5%. Meskipun penguatan baru-baru ini, rupiah telah terdepresiasi sekitar 3,8% terhadap dolar AS tahun ini. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan bahwa masih ada potensi untuk pemotongan suku bunga lebih lanjut, tetapi menekankan bahwa setiap perubahan di masa depan akan bergantung pada data ekonomi. Di sisi global, indeks dolar AS stabil di dekat 99,6, dengan prospek yang semakin berkurang untuk pemotongan suku bunga Federal Reserve yang segera, karena inflasi yang terus-menerus tetap menjadi tantangan. Sementara itu, para pedagang menantikan rilis data ekonomi penting AS.