Futures minyak mentah WTI mengalami penurunan sebesar 3%, turun menjadi $59 per barel pada hari Rabu. Perkembangan ini terjadi setelah laporan yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat secara aktif berupaya untuk menengahi resolusi konflik Rusia-Ukraina. Seorang pejabat Ukraina mengindikasikan bahwa Kyiv telah menerima "sinyal" dari inisiatif AS yang bertujuan untuk mengakhiri permusuhan, memicu optimisme untuk terobosan diplomatik yang potensial. Secara bersamaan, Rusia menegaskan bahwa sanksi yang dikenakan pada raksasa energinya, Rosneft dan Lukoil, tidak berdampak buruk pada tingkat produksinya.
Dari sisi pasokan, persediaan minyak mentah AS mengalami peningkatan signifikan sebesar 4,4 juta barel, seperti yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute (API). Lonjakan stok ini menempatkannya mendekati level tertinggi dalam lima bulan, tergantung pada verifikasi data resmi. Persediaan yang meningkat ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pasokan global mungkin melampaui permintaan, dengan International Energy Agency (IEA) memproyeksikan surplus rekor untuk tahun mendatang. Mencerminkan pasokan yang meningkat, data minggu lalu dari Vortexa menunjukkan bahwa minyak mentah di kapal tanker melonjak hampir 1,4 miliar barel, yang ditujukan untuk pembeli atau disimpan dalam penyimpanan terapung.
Terlepas dari dinamika pasokan ini, ketegangan geopolitik terus meningkat. Terutama, Iran sempat menahan sebuah kapal tanker di dekat Selat Hormuz yang strategis, sementara Amerika Serikat meningkatkan kehadiran militernya di dekat Venezuela.