Pada Selasa pagi, saham-saham Indonesia turun 57 poin, atau 0,6%, menjadi 8.513, mundur dari rekor tertinggi yang dicapai sehari sebelumnya, karena investor memilih untuk mengamankan keuntungan. Sentimen pasar juga melemah karena futures AS turun setelah reli yang dipicu oleh sektor teknologi di Wall Street semalam. Penurunan ini didorong oleh harapan yang diperbarui akan kemungkinan pemotongan suku bunga Federal Reserve pada bulan Desember. Di dalam negeri, perlambatan pertumbuhan kredit bulan Oktober menyoroti tantangan sisi permintaan yang terus berlanjut, meskipun ada suntikan likuiditas sebesar IDR 200 triliun dari Kementerian Keuangan pada awal September. Penurunan indeks saham Indonesia terutama dipicu oleh penurunan di sektor utilitas, mineral non-energi, dan barang konsumsi non-durable, meskipun kemajuan di sektor layanan kesehatan, komunikasi, dan manufaktur produsen membantu mengurangi kerugian. Kehati-hatian mendominasi di kalangan pedagang menjelang data laba industri China yang akan datang untuk Januari hingga Oktober, yang diantisipasi akhir pekan ini, setelah menunjukkan perbaikan pada angka sebelumnya. Penurun awal termasuk Indofood Sukses Makmur, yang turun 2,7%, Bank SMBC Indonesia turun 1,9%, Indocement Tunggal Prakarsa turun 1,5%, dan AKR Corp. turun 1,2%.