FX.co ★ Lima negara dengan prospek terbaik untuk pulih setelah pandemi COVID-19
Lima negara dengan prospek terbaik untuk pulih setelah pandemi COVID-19
Denmark
Tak lama setelah wabah, pihak berwenang Denmark memberlakukan tindakan pembatasan radikal seperti pembatasan sosial, penutupan sekolah dan sebagian besar perusahaan dll. Pada pertengahan Maret, pemerintah melarang semua warga yang bukan penduduk memasuki negara tersebut. Langkah cepat tersebut berdampak tak membahayakan, sehingga jumlah kasus virus korona menurun. Keberhasila penerapan langkah-langkah tersebut berkat tingginya tingkat kepercayaan publik pada pemerintah. Terlebih lagi, pemerintah Denmark dan badan-badan publiknya dikenal dengan tingkat korupsi yang rendah. Singkatnya, otoritas Denmark memimpin dengan meluncurkan tindakan pembatasan yang masuk akal. Jadi, pengusaha diwajibkan membayar 90% dari upah dan 75% dari gaji kepada orang-orang yang tidak bekerja selama penutupan wilayah.
Singapura
Negara-kota ini meluncurkan langkah-langkah cepat untuk menahan penyebaran COVID-19. Negara ini memastikan salah satu tingkat penularan terendah di dunia. Kepercayaan publik pada pihak berwenang dan kepatuhan yang ketat terhadap tindakan penutupan wilayah telah menghapuskan wabah tersebut. Keunggulan negara ini adalah ekonomi yang kuat, risiko politik yang rendah, korupsi kecil, dan infrastruktur yang sangat baik.
AS
Saat ini, AS menempati urutan pertama dalam hal jumlah kematian dan jumlah kasus virus korona. Meski demikian, para ahli yakin bahwa ekonomi global terbesar ini akan menghadapi pandemi dengan baik. Pihak berwenang AS telah mengadopsi paket stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menopang perekonomian nasional. Di antara langkah-langkah tersebut adalah bantuan keuangan terbesar senilai $2 triliun, pembatasan sosial, penutupan wilayah dll. Pembatasan ini diharapkan dapat mengurangi dampak COVID-19 dan dengan hati-hati menghidupkan kembali ekonomi domestik. Sebagian besar analis memperkirakan perkembangan ekonomi AS akan berbentuk V. Dengan kata lain, kontraksi tajam di paruh pertama tahun ini akan diikuti oleh pemulihan yang kuat di paruh kedua tahun 2020.
Selandia Baru
Di sini, pihak berwenang mengambil langkah-langkah perlawanan yang cepat. Perbatasan negara ditutup bagi orang asing pada akhir Maret dan beberapa pabrik ditangguhkan. Selandia Baru terkenal dengan manajemen perusahaan tingkat tinggi dan logistik yang sempurna. Saat ini, negara ini menghadapi masalah ekonomi karena penurunan ekspor dan matinya industri liburan karena ekonomi nasional bertumpu pada dua pilar ini. Meski demikian, tindakan drastis yang diambil oleh pemerintah mengurangi tingkat infeksi. Dengan demikian, kemungkinan ekonomi Selandia Baru akan kembali bangkit dalam waktu singkat. Para ahli mengatakan bahwa utang publik yang rendah dan kebijakan moneter yang sangat longgar juga akan berkontribusi pada cepatnya pemulihan.
Rwanda
Hebatnya, para ekonom menunjukkan sejumlah faktor yang membantu negara Afrika ini mendapatkan momentum dengan cepat setelah epidemi. Rwanda memiliki latar belakang perjuangan efisien melawan virus mematikan serupa. Pada tahun 2019, pihak berwenang berhasil menahan penyakit virus Ebola tak lama setelah wabahnya di Republik tetangga, Kongo. Rwanda adalah negara pertama di antara negara-negara Afrika di selatan gurun Sahara yang melakukan penutpan wilayah total. Rwanda memiliki sistem perawatan kesehatan umum yang tersedia bagi semua warga negara. Para ahli yakin bahwa negara ini mampu mengatasi dampak dari COVID-19.