FX.co ★ Enam 'angsa hitam' potensial pada 2024
Enam 'angsa hitam' potensial pada 2024
Kejatuhan Zona Euro
Sepuluh tahun lalu, banyak analis berspekulasi mengenai potensi kejatuhan zona euro. Katalis untuk kekhawatiran ini berasal dari tantangan-tantangan ekonomi yang dihadapi oleh Yunani, yang karena langkah-langkah ketat (termasuk pengurangan deposit sebesar 50%, pemotongan dana pensiun 70%, dan tingkat pengangguran di kisaran 40% sampai 50%), tetap berada dalam zona euro. Namun, isu ini mereda seiring berjalannya waktu. Saat ini, para pakar dan pelaku pasar menghidupkan kembali diskusi mengenai masalah ini. Fokusnya bergeser ke utang negara-negara Eropa, dengan kekhawatiran tambahan terkait potensi keluarnya Spanyol, Italia, dan Prancis dari zona euro. Jika negara-negara tersebut benar-benar keluar, dolar akan menguat tajam, disertai oleh kenaikan besar dalam harga emas. Para spesialis mengisyaratkan bahwa utang negara dapat dikalkulasi ulang dalam mata uang nasional, yang berarti gagal bayar. Dalam skenario ini, Eropa akan menghadapi krisis perbankan yang kuat, yang membahayakan kelangsungan hidup institusi-institusi keuangan utama di berbaga negara zona Euro.
Tantangan pasar minyak global
Pada tahun ini, negara-negara pengekspor minyak telah menunjukkan pemotongan produksi yang terkoordinasi, tapi situasinya mungkin berubah. Beberapa berupaya mengganti dolar AS sebagai alat pembayaran mereka, yang menghasilkan berbagai tingkat kesuksesan. Spekulasi awal oleh beberapa analis mengenai potensi kerugian status mata uang cadangan untuk mata uang AS dan ergeseran dari perdagangan minyak secara eksklusif dari dolar AS belum terjadi. Terkait kuota OPEC+, muncul potensi yang merugikan pada ekonomi AS, khususnya dalam perjalanan menuju pemilihan presiden. Banyak pakar mendorong pentingnya reformasi OPEC+, yang menunjukkan bahwa sistem voting saat ini dalam kartel minyak tersebut, menganut prinsip "satu negara, satu suara", mungkin bukan yang paling adil. Proposal untuk pendekatan yang lebih adil melibatkan pembagian suara berdasarkan jumlah produksi atau ekspor. Ada kemungkinan OPEC+ dapat mengadopsi metode tersebut di masa depan.
Pandemi baru
Empat tahun lalu, ekonomi global menghadapi tantangan besar dengan kedatangan pandemi COVID-19. Four years ago, the global economy faced a significant challenge with the onset of the COVID-19 pandemic. Dampaknya terasa pada sektor produksi, sektor riil, dan pasar saham. Untuk memitigasi dampak buruk COVID-19, bank sentral di seluruh dunia beralih ke mesin cetak. Di tengah pandemi ini, produsen vaksin dan obat muncul sebagai pemenang. Namun, meskipun ada jeda sementara, beberapa ahli virologi memperkirakan akan terjadi pandemi baru yang lebih parah. Dalam skenario seperti ini, terulangnya tahap-tahap sebelumnya menjadi mungkin terjadi: penerapan pembatasan karantina baru, korban jiwa, dan pengembangan obat-obatan dan vaksin baru, yang diikuti dengan perjuangan melawan dampak buruk pandemi ini. Perdagangan global dan pasar keuangan siap terkena dampak yang parah. Meskipun demikian, tidak ada alasan untuk berputus asa. Kemanusiaan bisa mengambil manfaat dari pengalaman memerangi COVID-19. Namun, perekonomian global masih rentan terhadap resesi, peningkatan tajam angka pengangguran, dan jatuhnya pasar saham dan komoditas.
Pusat keuangan Islam di Turki
Dalam jangka menengah, Turki berambisi membangun pusat global untuk keuangan Islam, dengan Istanbul sebagai titik fokusnya. Upaya ini diharapkan akan menerima dukungan yang luas dari 2 miliar umat Muslim di seluruh dunia. Para analis mencatat bahwa investor dari negara-negara Islam sangat bersemangat menerapkan rencana ini. Para pakar percaya bahwa inisiatif ini didorong untuk menghidupkan kembali Kekaisaran Ottoman, meski dalam dunia ekonomi dan keuangan. Arus masuk modal ke Instanbul dari pusat-pusat keuangan konvensional akan memicu gejolak besar dalam pasar keuangan dunia. Gejolak ini, khususnya dalam pasar saham, diperkirakan akan berdampak tragis pada beberapa negara dan institusi keuangan utama.
Taiwan akan menjadi perselisihan utama antara Tiongkok dan AS
Konfrontasi militer antara Tiongkok dan AS, dua kekuatan utama dunia, dapat menyebabkan konsekuensi tragis. Situasi tersebut akan berimbas negatif pada ekonomi global dan peradaban secara keseluruhan. Tidak disangkal bahwa Moskow akan berpihak dengan Beijing. Namun, situasi dengan Tiongkok, yang merupakan salah satu kreditor utama AS, rumit. Para analis mengharapkan pendekatan yang rasional dan masuk akal dari kedua pemimpin, demi menghindari perang nuklir. Bagaimanapun, hasil kebuntuan antara AS-Tiongkok akan menghasilkan perpecahan dunia menjadi beberapa blok militer-ekonomi.
Teknologi digital akan menjadi pondasi pasar global
Menurut beberapa analis, dalam waktu dekat, dunia bisnis akan bertransisi ke teknologi digital. Saat ini, digitisasi aktif digunakan dalam berbagai industri. Banyak negara yang mengadopsi mata uang digital, termasuk mata uang nasional (euro digital, ruble digital, dll). Dalam beberapa tahun mendatang, mata uang digital akan digunakan di antara 20 ekonomi teratas di dunia. Dalam skenario tersebut, perubahan signifikan menunggu dunia keuangan, komoditas, dan bursa saham. Status dolar dan euro, serta AS sebagai pasar saham utama, akan dipertanyakan.