FX.co ★ 10 risiko teratas selama dua tahun ke depan
10 risiko teratas selama dua tahun ke depan
1. Misinformasi
Perkembangan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), telah mempermudah pembuatan dan penyebaran informasi, sehingga menimbulkan peningkatan konten yang dibuat-buat dan berita "sintetis". Hal ini menciptakan lahan yang subur untuk memanipulasi opini publik dan mengganggu stabilitas masyarakat.

2. Cuaca ekstrem
Karena perubahan iklim, dunia semakin dihadapkan pada bencana alam seperti gelombang panas ekstrem, banjir, dan badai. Peristiwa ini menyebabkan kerusakan signifikan pada ekonomi, infrastruktur, dan kesehatan masyarakat. Misalnya saja, pada tahun 2023, kerugian ekonomi akibat bencana alam melampaui $200 miliar.

3. Konflik bersenjata antar negara
Dua puluh tiga persen pakar Forum Ekonomi Dunia percaya bahwa konflik bersenjata akan menjadi ancaman terbesar bagi ekonomi global dalam waktu dekat. Meningkatnya ketegangan geopolitik dapat menimbulkan kenaikan harga energi dan komoditas, gangguan rantai pasokan, peningkatan sanksi, dan investasi yang melambat, sehingga akan memicu inflasi dan kemerosotan ekonomi global.

4. Polarisasi masyarakat
Masyarakat semakin terbagi ke dalam kubu-kubu yang berseberangan tergantung pandangan politik, sosial, dan budaya. Polarisasi menghambat dialog, meningkatkan permusuhan, dan memicu sentimen radikal. Menurut penelitian, pada tahun 2023, kepercayaan terhadap lembaga pemerintah turun di 24 dari 28 negara besar di seluruh dunia.

5. Kejahatan siber
Seiring meningkatnya ketergantungan pada teknologi digital, begitu pula risiko siber yang membayangi. Spionase siber dan perang dunia diber dapat mengganggu infrastruktur penting dan menyebabkan kerusakan ekonomi yang signifikan. Para ahli IBM memprediksi bahwa kerugian global akibat kejahatan dunia maya dapat melebihi $10,5 triliun pada tahun 2025, menjadikannya salah satu ancaman paling mahal bagi ekonomi global.

6. Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan yang berkelanjutan menimbulkan kerusakan berat pada ekosistem dan kesehatan manusia. Sekitar 7 juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berkaitan dengan polusi udara. Sampah plastik di lautan merusak ekosistem laut dan mengancam ketahanan pangan. Pencemaran tanah juga sama-sama berbahaya: menurut PBB, sekitar 33% lahan di dunia telah rusak akibat limbah kimia, pestisida, dan pertanian yang tidak berkelanjutan.

7. Ketidaksetaraan
Kesenjangan antara di kaya dan si miskin kian memperburuk ketegangan sosial dan menghambat pembangunan berkelanjutan. Ketimpangan ekonomi membatasi akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan layanan dasar lain bagi sebagian besar penduduk, memperlambat kemajuan secara keseluruhan dan berpotensi menimbulkan keresahan sosial.

8. Migrasi paksa
Adanya konflik, krisis ekonomi, dan perubahan iklim akan memaksa jutaan orang untuk meninggalkan tempat tinggalnya. Menurut PBB, jumlah orang yang mengungsi mencapai 100 juta di tahun 2023. Migrasi massal memberikan tekanan pada negara tuan rumah, menciptakan tantangan sosial dan ekonomi, serta memicu sentimen xenofobia.

9. Konfrontasi geo-ekonomi
Meningkatnya persaingan ekonomi antarnegara yang terwujud dalam perang dagang, sanksi, dan tindakan proteksionis mengganggu stabilitas pasar global. Konfrontasi semacam itu mengganggu rantai pasokan, meningkatkan biaya barang dan jasa, serta memperlambat pertumbuhan ekonomi. Misalnya, sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah menyebabkan volatilitas yang signifikan di pasar global dalam beberapa tahun terakhir.

10. Terkikisnya hak asasi manusia dan kebebasan sipil
Di beberapa wilayah, terdapat pembatasan terhadap hak-hak dasar dan kebebasan seperti kebebasan berpendapat, berkumpul, dan pers. Hal ini merusak nilai-nilai demokrasi dan dapat mengarah pada otoritarianisme. Organisasi internasional melaporkan adanya peningkatan penganiayaan terhadap jurnalis, aktivis, dan kaum minoritas, yang menyerukan tindakan lebih kuat untuk melindungi hak asasi manusia di seluruh dunia.
