FX.co ★ 7 tokoh bisnis ternama yang menimbulkan kontroversi
7 tokoh bisnis ternama yang menimbulkan kontroversi
Elon Musk
Elon Musk, pemimpin Tesla, SpaceX, dan X (sebelumnya Twitter), bisa dibilang salah satu pengusaha paling berpengaruh di era modern. Ia dipuji karena mempopulerkan kendaraan listrik dan merevolusi industri luar angkasa swasta. Namun, seiring bertambahnya pengaruh, kritik terhadapnya pun meningkat. Musk mendapat kecaman atas pernyataan politik yang provokatif, kedekatan dengan ideologi sayap kanan ekstrem, dan komentar publik yang berdampak besar terhadap pasar serta opini publik. Gaya manajemennya sering digambarkan sebagai keras, dengan pemutusan hubungan kerja massal, tekanan tinggi terhadap staf, dan lingkungan kerja yang diduga toksik.

Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg, pendiri Meta, membangun salah satu ekosistem digital terbesar dalam sejarah. Meskipun dipandang sebagai visioner yang mengubah cara berkomunikasi, skala proyeknya memicu banyak reaksi keras. Zuckerberg menghadapi tuduhan pelanggaran privasi, manipulasi algoritma, penyebaran disinformasi, dan pengabaian etika. Setelah skandal Cambridge Analytica dan penutupan sistem pengecekan fakta Meta pada 2025, terjadi protes internal yang dengan cepat ditekan, tanpa perubahan arah perusahaan.

Larry Page
Larry Page, salah satu pendiri Google dan mantan CEO Alphabet, dikenal luas sebagai arsitek era digital. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan meluncurkan puluhan produk yang mengubah kehidupan sehari-hari, mulai dari pencarian hingga cloud computing. Namun, gaya kepemimpinannya mengundang tanda tanya. Page sering digambarkan tertutup dan terputus dari karyawan. Ia menghindari komunikasi langsung dan kesulitan membangun kohesi tim. Kurangnya empati dan keterlibatannya disebut sebagai penyebab menurunnya semangat kerja di dalam perusahaan.

Jeff Bezos
Pendiri Amazon, Jeff Bezos, memimpin peritel online terbesar di dunia selama beberapa dekade. Meski mundur dari jabatan CEO pada 2021, pengaruhnya terhadap perusahaan dan arah korporasi tetap besar. Bezos telah lama dikritik atas kondisi kerja yang keras di gudang Amazon, taktik anti-serikat pekerja, dan dugaan praktik monopoli. Pada 2025, ia kembali menjadi sorotan setelah muncul laporan tentang keterlibatannya dalam arah editorial The Washington Post, surat kabar miliknya. Hal ini memicu gelombang pengunduran diri dan kecaman publik.

Lloyd Blankfein
Mantan CEO Goldman Sachs, Lloyd Blankfein, pernah dipuji sebagai pemimpin perusahaan teladan yang mendapat penilaian positif dari karyawan. Namun, selama krisis finansial 2008, ia menjadi pusat kontroversi. Di bawah kepemimpinannya, bank tersebut menjadi simbol keserakahan Wall Street dan kemudian diselidiki oleh SEC atas dugaan penyesatan investor terkait sekuritas berbasis hipotek. Blankfein dituduh memberikan kesaksian palsu kepada Kongres dan dikaitkan dengan kasus korupsi besar yang melibatkan dana kekayaan negara Malaysia, 1MDB.

Carly Fiorina
Carly Fiorina mencetak sejarah sebagai wanita pertama yang memimpin perusahaan Fortune 100, Hewlett-Packard. Meskipun penunjukannya dianggap sebagai terobosan, masa jabatannya penuh kontroversi. Fiorina disalahkan atas PHK massal, pemotongan gaji, dan kesepakatan ekspor ke Iran yang dipertanyakan. Selama masa itu, ia justru melipatgandakan gajinya dan membeli jet pribadi. Setelah pengunduran dirinya pada 2005, saham HP naik hampir 7%. Upaya gagal masuk dunia politik kemudian makin merusak citranya di publik.

Travis Kalanick
Travis Kalanick, salah satu pendiri dan mantan CEO Uber, dianggap sebagai pelopor revolusi ride-sharing global. Namun, namanya juga identik dengan budaya perusahaan yang toksik. Di bawah kepemimpinannya, Uber dituduh melakukan pelecehan, intimidasi terhadap karyawan, dan praktik bisnis agresif. Pada 2017, Kalanick mundur di bawah tekanan dewan direksi. Ia kemudian mendirikan CloudKitchens, yang juga dengan cepat mendapat keluhan serupa terkait kondisi kerja, diskriminasi, dan praktik tidak etis.