Nilai tukar mata uang AS meningkat terhadap mayoritas kompetitor utamanya dengan latar belakang fakta bahwa selama akhir pekan lalu Amerika Serikat dan China mencapai kesepakatan untuk melanjutkan negosiasi dagang.
Reaksi positif pasar terhadap hasil pertemuan dua pemimpin tersebut hanya akan sekejap, dan dolar akan menlanjutkan penurunan," ujar Daisuke Karakama, kepala ekonom di Mizuho Bank.
Dirinya menyatakan kedua pihak tidak mencapai solusi damai jangka panjang, sementara keinginan Federal Reserve Sistem AS (FRS) untuk menurunkan suku bunga tetap berlaku.
Menurut analis tersebut, euro dan yen merupakan mata uang yang akan paling diuntungkan dari pelemahan the greenback.
Para ahli strategi mata uang di Wells Fargo memperkirakan dalam jangka menengah, EUR/USD akan naik ke level 1,18. Namun, mereka tidak mengecualikan pertumbuhan ke 1,20.
Para ahli Nissay Asset Management yakin penguatan dolar terhadap yen akan terbatas ke 108,50, karena peningkatan sentimen risiko yang disebabkan gencatan senjata Washington dan Beijing hanya akan sementara. Selain itu, potensi pelemahan kebijkan moneter oleh the Fed akan memberikan tekanan terhadap the greenback.
"Di masa mendatang, tema penurunan nilai tukar dolar akan menjadi yang utama," ujar perwakilan Aberdeen Standard Investments.
"Keputusna Amerika Serikat dan China untuk melanjutkan negosiasi hampir tidak memengaruhi ekspektasi pasar terkait sikap the Fed lebih lanjut, sehingga para trader akan terus mengandalkan pelemahan the greenback," para ahli yakin.
Pada Mei, indeks USD mencapai titik tertinggi tahunan di tengah kenaikan permintaan mata uang AS sebagai aset safe-haven. Namun, sejak saat itu, katakanlah setelah kemunculan sinyal kesiapan the Fed, untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun untuk menurunkan suku bunga, nilai tukar the greenback turun lebih dari 2%.
Menurut Komisi Trading Berjangka Komoditas (CFTC), para spekulator besar telah mengurangi posisi beli dolar mereka selama tiga pekan berturut0tururt. Pasar derivatif memberikan kuotasi penurunan tingkat suku bunga di Amerika Serikat dan berharap the Fed dapat mewujudkannya pada bulan Juli.
Menurut para analis DBS Group Holdings, mengingat tensi dalam hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China yang sementara memudar, statistik AS akan kembali menjadi fokus perhatian para trader.
Pekan ini, terdapat data aktivitas bisnis dalam sektor menufaktur dan sektor layanan AS, rilis volume pesanan industri, dan neraca perdagangan, serta laporan pasar tenaga kerja AS pada bulan Juni.