S&P 500
Pasar AS diperdagangkan di dekat ketinggian tahunan, namun momentum kenaikannya hampir gagal.
Minggu lalu, pasar berada dibawah tekanan dari data terbaru terkait inflasi. Tingkat inflasi di Amerika Serikat naik 6,4% per tahun di bulan Oktober, mencapai ketinggian 30 tahun. Menurut regulasinya sendiri, Fed harus mulai mengambil langkah untuk menurunkan inflasi ketika suku bunga melampaui 2,5% per tahun. Namun, seperti yang bisa kita lihat, Fed dengan jelas tidak bergegas untuk meningkatkan suku bunga, yang masih di dekat nol. Regulator khawatir bahwa pasar dapat tumbang, yang akan menyebabkan penurunan dalam perekonomian. Namun, inflasi tinggi menciptakan resiko stagflasi di masa mendatang. Itu bisa menabur benih untuk resesi mendatang saat mempertahankan inflasi tinggi.
Secara umum, pasar saham AS turun secara signifikan selama sepekan. Namun, di awal minggu baru, kemungkinan akan memperoleh kembali sebagian besar dari kerugian terbaru.
Selama sepekan:
Dow Jones Industrial Average turun 310 poin atau 0.9%. Kisaran trading: 36,400 - 36,090
NASDAQ turun 150 poin atau 1%. Kisaran trading: 16,000 - 15,850
Indeks S&P 500 turun 20 pip atau 0.4%. Kisaran trading: 4,700 - 4,680
Perkiraan:
Kisaran Trading Dow Jones: 35,900 - 36,300
Kisaran Trading NASDAQ : 15,700 - 16,000
Kisaran Trading S&P 500 : 4,650 - 4,750
Kesimpulan: Dalam jangka panjang, Fed kemungkinan besar akan memperketat kebijakan moneter, yang artinya kenaikan suku bunga sebagai upaya untuk menjinakkan inflasi tidak dapat terhindari. Selain itu, penurunan dalam perekonomian AS yang akan segera terjadi. Hal ini akan mengakibatkan koreksi kuat dalam pasar saham. Dalam hal ini, hanya soal waktu dan level pasar bisa mencapai sebelum penurunan. Selain itu, dapat terlihat bahwa pasar AS masih memanas. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan curam pada pasar saham bisa menunjukkan resiko pada perekonomian.