Pasar emas mengalami permintaan yang lambat meskipun lingkungan harganya positif, ini berkat suku bunga negatif. Ini menunjukkan bahwa investor lebih fokus pada pengetatan kebijakan Fed, yang dimulai ketika mereka mengurangi pembelian obligasi bulanan pada bulan November.
Sekarang, ekspektasi semakin tinggi bahwa Federal Reserve akan mempercepat laju tapering kebijakan dan menaikkan suku bunga sebelum paruh kedua tahun depan. Banyak yang percaya bahwa suku bunga akan naik pada bulan Juni tahun depan dan naik empat kali sepanjang tahun itu.
CIO Invesco Kristina Hooper mengisyaratkan bahwa begitu Fed mulai mengangkat suku bunga, fokusnya akan mengacu pada seberapa tinggi kenaikannya. "Imbal hasil 10 tahun mungkin akan naik tahun depan, tapi kami tidak melihat kenaikan yang dramatis," ujarnya.
Hopper juga mencatat bahwa emas akan tetap datar tahun depan, melayang di kisaran $1.800 per ounce.
Emas juga akan tetap menjadi aset safe-haven dan lindung nilai inflasi yang menarik dalam dunia yang tengah menghadapi ketidakpastian geopolitik. Tapi Hopper menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS mendukung aset-aset berisiko bahkan jika pertumbuhannya melambat tahun depan.
Sementara itu, Ole Hansen dari Saxo Bank lebih optimis mengenai logam mulian ini tahun depan. Meskipun banyak investor merasa kecewa dengan performa emas tahun ini, Hansen mengatakan bahwa pasar bertahan dengan relatif baik. Pergerakan harga saat ini menjadi semacam konsolidasi dibandingkan dengan pertumbuhan hampir 25% yang terlihat pada 2020. Ia menambahkan bahwa meskipun kenaikan suku bunga Federal Reserve akan mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi, namun suku bunga riil akan tetap negatif.
Sebagian besar ekonom percaya bahwa berapa banyak pun Federal Reserve menaikkan suku bunga di tahun depan, mereka kemungkinan tidak akan melampaui laju kurva inflasi.