Suku bunga dan imbal hasil riil obligasi akan menjadi faktor penting yang memengaruhi harga logam mulia tahun depan, namun ini bukan satu-satunya hal yang diperhatikan para analis pasar.
John LaForge, kepala strategi aset riil di Wells Fargo (perusahaan induk bank), mengatakan dirinya melihat sektor komoditas menuju ke arah bullish, dan kebanyakan harga naik karena penawaran dan permintaan tidak seimbang.
LaForge menjelaskan bahwa kurangnya investasi di sektor pertambangan menyebabkan kekurangan pasokan, sementara permintaan juga meningkat.
Dirinya optimis terhadap emas tahun depan, dan logam mulia ini akan mengejar kerumitan komoditas lainnya.
Well Fargo saat ini memperkirakan harga emas akan mencapai $2.000 per once pada 2022.
Kepala strategi aset riil ini menyebutkan bahwa sepanjang tahun depan, emas akan sensitif terhadap kebijakan moneter AS; namun Federal Reserve tidak mungkin akan mengesahkan kebijakan moneter yang agresif.
Akan tetapi, tidak semua ekonom optimis terhadap dolar pada 2022. Analis komoditas Capital Economics memperkirakan harga emas jatuh ke level $1.600 pada akhir tahun depan.
Menurut para ekonom, imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek akan sedikit naik selama beberapa tahun ke depan, namun pada saat yang sama, pertumbuhan imbal hasil jangka panjang akan lebih kecil. Mengingat bahwa harga emas sensitif terhadap perubahan imbal hasil riil jangka panjang, kenaikan bertahap dalam imbal hasil jangka panjang akan menurunkan harga emas ke level $1.600 per once pada akhir tahun 2022.