Dolar AS menguat sebelum pertemuan Fed yang dijadwalkan pada hari Rabu. Namun, beberapa volatilitas tidak mencegahnya untuk tetap dalam tren naik.
Mata uang AS didukung oleh dominasi sentimen "hawkish" di antara perwakilan Fed. Menurut para ahli, regulator siap untuk memperketat kebijakan moneter pada laju yang lebih cepat dari perkiraan. Dalam kasus penguatan sentimen "hawkish" dari perwakilan Fed, Dolar AS akan menerima support tambahan untuk pertumbuhan.
Pada Selasa pagi, mata uang tersebut naik ke ketinggian, mencoba mempertahankan posisinya. Berada di sekitar tertinggi mingguan terhadap mata uang utama dunia, di depan Euro, yang sebelumnya diperdagangkan di level 1,1277. Saat ini, pasangan EUR/USD bergerak di dekat 1,1282-1,1283, mencoba untuk bertahan di level saat ini.
Upaya pasangan untuk berkonsolidasi dalam kisaran yang ada tidak menghasilkan apa-apa. Pasangan EUR/USD kembali ke nilai rendah, diperdagangkan di level 1,1275 sebelum pertemuan Fed dan ECB.
Banyak analis khawatir atas bentrokan "moneter" antara bank sentral terkemuka - ECB dan Fed. Sebelumnya, perbedaan pendekatan mereka terhadap kebijakan moneter tidak memicu perubahan serius di pasar keuangan global. Namun, inflasi yang sangat tinggi yang tercatat di AS dan zona Euro membuat kami melebih-lebihkan risiko saat ini. Dapat diingat bahwa inflasi AS mencapai tertinggi dalam hampir 40 tahun. Fakta ini tidak dapat diabaikan, sehingga regulator harus menahan tekanan harga, yang tidak lagi sesuai dengan kerangka "sementara".
Dengan latar belakang ini, investor khawatir akan perlambatan ekonomi yang tajam jika terjadi kenaikan suku bunga kunci secara agresif sebagai respons terhadap tekanan inflasi. Menurut ahli strategi mata uang di UBS Bank, keputusan ECB tentang kebijakan moneter akan sangat kontras dengan putusan Fed, yang tentu saja ditujukan untuk membatasi insentif moneter. Bank percaya bahwa penerapan hal seperti itu akan menurunkan pasangan EUR/USD ke 1.1000.
"Fed membersihkan ruang untuk manuver, mempersiapkan kenaikan suku bunga awal, dan ini sangat bertentangan dengan kebijakan moneter ECB," jelas ANZ Bank. Dalam jangka pendek, ketidaksesuaian ini menguntungkan Dolar AS. Menurut para ahli, perbedaan penilaian prospek inflasi dan posisi bank sentral mengenai kenaikan suku bunga berkontribusi pada pertumbuhan USD.
Sementara itu, mata uang Eropa tetap menjadi pihak luar (outsider), meskipun perwakilan ECB mendukungnya dengan pernyataan. Namun, Euro terus melemah, naik secara berkala, tetapi kemudian jatuh kembali ke price hole. Penurunan Euro akan meningkat jika babak baru pandemi COVID-19 dimulai dan pihak berwenang memperketat tindakan karantina lagi. Masalah dengan pasokan gas di Eropa memperburuk situasi, semakin melemahkan perekonomian kawasan.
Keragu-raguan ECB dalam membatasi insentif dan menaikkan suku bunga mencegah kenaikan Euro. Pertemuan regulator akan diadakan pada hari Kamis, 16 Desember. Sebelumnya, Presiden ECB Christine Lagarde mengumumkan penundaan tenggat waktu sebelumnya untuk penyelesaian program pembelian kembali aset. Berdasarkan jadwal, itu akan terjadi pada akhir Maret tahun depan. Menurut para analis, penolakan untuk merevisi kebijakan moneter menunjukkan bahwa ECB mengabaikan pertumbuhan inflasi saat ini.
Perbedaan dalam strategi ECB dan Fed pada isu-isu utama, yaitu penyelesaian program stimulus dan kenaikan suku bunga, mengguncang pasar. Kemungkinan penolakan ECB terhadap pengetatan moneter moderat berkontribusi pada munculnya "gelembung" di pasar keuangan dan mengancam seluruh sistem perbankan. Situasi seperti itu akan membawa banyak kejutan yang tidak menyenangkan bagi pasangan EUR/USD. Namun, kekuatan Dolar AS akan memungkinkannya untuk melewati segala hambatan, termasuk dari bank sentral, yang tidak dapat dikatakan terkait Euro yang melemah.
