Harga emas melonjak setelah AS dan Inggris melarang impor minyak Rusia pada hari Selasa.
Harga logam mulia naik 12% sejak awal 2022. Invasi Rusia ke Ukraina telah mendorong permintaan untuk emas pada bulan Februari.
Komoditas itu menyentuh $1.900 bulan lalu untuk pertama kalinya sejak musim panas 2021 seiring dengan meningkatnya konflik. Pada bulan Maret, emas melewati level $2.000 dan mencapai titik tertinggi sejak Agustus 2020.
Logam mulia tetap di atas $2.000 pada hari Selasa, dengan mencapai level tertinggi harian $2.078 per ounce dan melewati level kesepakatan tertinggi sepanjang masa di $2.069,40 dari 6 Agustus 2020.
Namun, emas gagal mengalahkan harga tertingginya yang pernah tercatat. Kontrak berjangka Comex dengan pengiriman untuk bulan April ditutup di $2.043,30, mencapai di bawah level tertinggi sepanjang masa.
Logam mulia naik $47,40 atau 2,4% pada 8 Maret terkait kabar mengenai potensi larangan impor minyak Rusia oleh AS dan Inggris.
Sanksi-sanksi baru terhadap Rusia telah mengirimkan saham-saham turun. Investor melikuidasi posisi mereka dalam aset-aset berisiko dan membeli emas sebagai lindung nilai terhadap krisis ekonomi.
"Kombinasi melambungnya harga energi, harga kacang-kacangan, harga logam dasar berujung dalam tekanan inflasi yang dramatis yang terus menjadi penopang dasar dibalik harga emas yang lebih tinggi," David Meger, direktur trading logam di High Ridge Futures berkomentar.
Para investor prihatin mengenai kemampuan bank-bank sentral untuk membatasi inflasi di tengah ketegangan geopolitik. Larangan impor minyak Rusia dari AS dan Inggris telah menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya tekanan inflasi.
Kemarin, presiden AS Joe Biden mengumumkan Amerika Serikat akan melarang impor minyak dan gas alam Rusia. Inggris bergabung dengan langkah itu, dengan menyatakan akan menurunkan impor minyak Rusia secara bertahap pada akhir 2022.
Larangan pada pasokan Rusia dapat melempar pasar komoditas dunia ke dalam kekacauan, sehingga mendorong harga minyak ke rekor tertinggi baru. Menurut beberapa proyeksi, komoditas itu bahkan dapat menyentuh $300 per barel atau lebih pada 2022.
Meroketnya harga minyak juga dapat mengirimkan inflasi naik, sehingga mendorong permintaan untuk emas sebagai aset lindung nilai.
Menurut proyeksi dari Citigroup, harga emas nominal akan menembus $2.125 dalam tiga bulan berikutnya dan diperdagangkan dalam rentang yang lebih tinggi di sisa tahun 2022. Risiko kenaikan inflasi dan geopolitik kemungkinan akan memberikan dukungan pada logam mulia.
Sebagian analis memprediksi emas dapat mencapai $3.000 per ounce jika sanksi terhadap Rusia diperluas.
Bart Melek, kepala strategi global di TD Securities, mengatakan lonjakan harga cukup mungkin terjadi. "Nyatanya cadangan devisa Rusia sebesar $600 miliar tidaklah berguna karena bank sentralnya dikenakan sanksi. Satu-satunya hal yang tampak hidup sekarang adalah emas fisik. Pengalaman ini sama pada level individual, karena rekening anda dapat dibekukan. Jika mereka mereka memutus internet anda, anda tidak dapat menarik uang anda. Tapi tidak ada yang dapat mengambil materi fisik," catat Melek.