Harga emas telah menurun tajam pekan ini, menguji di sekitar $1.730 per ounce. Tetapi, beberapa analis menyatakan harga yang menurun dapat membantu untuk menghidupkan kembali pasar fisik logam mulia dan menarik investor ritel yang baru.
Faktanya, sentimen di pasar emas awalnya bullish bulan lalu karena investor memandang logam sebagai lindung nilai penting terhadap inflasi. Gagasan itu tidak bertahan lama karena tekanan jual meningkat di pasar.
US Mint menyatakan bahwa mereka telah menjual 44.000 ons emas, turun hampir 75% dari 175.000 ounce yang dijual pada bulan Mei. Untuk tahun ini, penjualan emas batangan telah menurun 76% dibandingkan dengan 182.000 ounce yang terjual pada bulan Juni 2021.
Data tersebut cukup mencengangkan, mengingat betapa kuatnya permintaan sepanjang tahun. Namun demikian, total penjualan US Mint adalah 733.500 ounce, naik dari 653.000 ounce yang terjual pada paruh pertama tahun 2021.
Beberapa analis mengaitkan penurunan penjualan dengan koreksi tajam di pasar saham. S&P 500 dilaporkan menurun 23% pada paruh pertama tahun 2022, yang merupakan kinerja semi-tahunan terburuk sejak tahun 1970-an. Para ekonom menyatakan bahwa dengan kondisi tersebut, investor ritel tidak memiliki banyak modal untuk membeli batangan fisik.
Namun, ada angin sakal lain yang dihadapi pasar. Menurut kepala strategi pasar Blue Line Futures, permintaan emas akan stabil hingga akhir tahun. Berbicara tentang perak, perak mengalami kesulitan sepanjang bulan Juni dan ketidakpastian ini tercermin dalam permintaan fisik. Mint menyatakan telah menjual 861.000 ounce bulan lalu, turun 36% dari 1,35 juta ounce yang terjual pada bulan Mei. Penjualan juga menurun 69% dibandingkan tahun lalu.
Para ekonom menyatakan logam terus menurun bulan lalu karena kekhawatiran resesi meningkat. Meskipun perak adalah logam moneter yang penting, lebih dari setengah permintaan pasar adalah untuk keperluan industri.
Harga emas telah jatuh ke level terendah sejak September 2021, sementara harga perak berada di level terendah sejak Juli 2020.
Kekhawatiran tentang resesi yang menjulang tumbuh stabil pada bulan Juni karena Federal Reserve secara agresif menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi. Pasar memperkirakan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sebesar 75 poin basis lagi pada akhir bulan.
