Klimaks di pasar Forex kemarin adalah kembali tumbuhnya mata uang AS. Plot twist yang tidak terduga berkat komentar hawkish pejabat Federal Reserve AS.
Tinjauan penurunan USD
Dolar belum dalam kondisi terbaik selama beberapa sesi terakhir. Alasan utama penurunannya adalah meningkatnya keraguan atas kelanjutan kenaikan suku bunga agresif oleh The Fed.
Ingat, minggu lalu bank sentral AS, sebagai bagian dari perang melawan inflasi yang tinggi, menaikkan suku bunga sebesar 0,75% untuk kedua kalinya berturut-turut.
Hal ini membawa indikator tersebut semakin mendekati level netral, yang menimbulkan spekulasi atas kemungkinan perlambatan laju pengetatan kebijakan moneter The Fed dalam waktu dekat.
Kemungkinan skenario tersebut menyebabkan penurunan signifikan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun, setelah itu greenback bergegas turun.
Pasangan USD/JPY paling menderita akibat melemahnya dolar belakangan ini, yang sejak awal tahun, sebaliknya, telah menunjukkan pertumbuhan stabil berkat perbedaan kebijakan moneter Jepang dan Amerika Serikat.
Menyusul hasil dari lima sesi terakhir, pasangan mata uang ini jatuh dari level tertinggi Juli (139) lebih dari 6%, dan kemarin pagi dolar jatuh terhadap yen ke level yang mengkhawatirkan di 130.39.
Dengan latar belakang ini, banyak analis dengan cepat menyajikan prakiraan yang sangat negatif untuk pasangan USD/JPY, bergantung pada ekspektasi kebijakan Fed yang kurang hawkish.
Namun, dinamika dolar yang tidak terduga pada paruh kedua hari Selasa menunjukkan bahwa penurunan lebih lanjut greenback dalam jangka pendek tampaknya batal.
Pembalikkan tajam di chart USD/JPY
Rally 5 hari yen terganggu oleh komentar pejabat bank sentral AS kemarin. Juru bicara Fed mempertanyakan apa yang disebut bias dovish di masa depan bank sentral.
Jadi, presiden Federal Reserve Bank of San Francisco, Mary Daly, mengatakan bahwa upaya untuk memerangi inflasi di Amerika Serikat belum usai.
Pejabat tersebut juga menyatakan bahwa sekarang tidak ada sinyal terhentinya pertumbuhan harga dalam waktu dekat. Berdasarkan hal ini, ia menyatakan bahwa Fed masih memiliki jalan panjang sebelum mulai memperlambat laju pengetatan.
Rekannya, presiden Federal Reserve Bank of Chicago, Charles Evans, berbicara dengan nada serupa. Ia tidak mengabaikan kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 75 bps pada bulan September, jika saat itu tekanan inflasi tidak mulai melemah.
Seperti yang bisa kita lihat, masih ada semangat solidaritas di jajaran The Fed terkait taktik hawkish. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa pada pertemuan berikutnya, bank sentral dapat terus memerangi inflasi dengan menaikkan suku bunga secara tajam.
Pernyataan terbaru oleh perwakilan The Fed ternyata benar-benar mengejutkan pasar. Ini menjelaskan perubahan tajam arah dolar.
Pada akhir Selasa, indeks mata uang AS melonjak 0,9% ke level 106.31. Pada saat yang sama, pasangan dolar-yen menunjukkan dinamika terbesar.
Greenback naik 1,2% ke level 133.12 terhadap yen. Selain faktor ekonomi makro, kemarin USD ditopang oleh geopolitik.
Minat konsumen terhadap dolar meningkat di tengah menguatnya ketegangan antara China dan Amerika. Konflik itu diperparah dengan perjalanan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, ke Taiwan.
Beralihnya para investor dari aset berisiko ke tempat yang aman memperkuat dolar, yang menjadi penarik bagi pasangan USD/JPY.
Apa yang akan terjadi pada pasangan dolar-yen?
Retorika hawkish para anggota Fed menunjukkan bahwa dominasi dolar kemungkinan akan berlanjut dalam beberapa minggu ke depan.
Meningkatnya risiko semakin besarnya perbedaan suku bunga AS dan Jepang dapat menekan yen dengan kuat, terutama menjelang pertemuan bank sentral AS pada bulan September.
Prospek jangka pendek pasangan USD/JPY akan ditentukan oleh kumpulan data statistik berikutnya. Untuk minggu ini, perhatikan rilis indeks kegiatan usaha bulan Juli hari ini di sektor non-manufaktur AS dari ISM, serta rilis laporan bulanan ketenagakerjaan di Amerika untuk bulan lalu pada hari Jumat.
Indeks kegiatan usaha AS diperkirakan melambat pada Juli ke level 53,5 dari 55,3 pada Juni, dan jumlah orang yang bekerja di sektor non-pertanian AS akan turun menjadi 250.000 dibandingkan dengan nilai sebelumnya 372.000.
Data negatif akan menunjukkan penurunan ekonomi di Amerika, yang sekali lagi akan meningkatkan kekhawatiran atas resesi.
Jika risiko perlambatan ekonomi meningkat, gelombang spekulasi bahwa The Fed masih harus mengurangi level agresivitasnya akan kembali terbentuk. Jika ini terjadi, dolar kembali berisiko tenggelam terhadap yen.