Mantan Menteri Keuangan AS, Lawrence Summers, mengatakan dolar memiliki lebih banyak ruang untuk tumbuh mengingat sejumlah fundamental di baliknya. Dia juga menyatakan skeptisme atas efektivitas intervensi apa pun untuk membalikkan keadaan yen.
Dalam sebuah pernyataan, Summer menekankan bahwa AS memiliki keuntungan besar karena tidak bergantung pada "energi asing yang sangat mahal." Dia menyatakan bahwa Washington telah mengambil respons ekonomi makro yang lebih kuat terhadap pandemi, dan bahwa Federal Reserve sekarang memperketat kebijakan moneter lebih cepat daripada rekan-rekannya.
Sejauh ini, Indeks Spot Dolar Bloomberg naik sekitar 11% tahun ini, mencapai rekor tertinggi pekan ini. Dolar mencapai level tertingginya terhadap euro sejak 2002 pada hari Selasa - 0,9864, sementara ia mencapai level tertinggi sejak 1998 terhadap yen pada hari Rabu - 144,99.
Yen telah terdepresiasi lebih cepat dari euro, menyebabkan penurunan lebih dari 19% terhadap dolar tahun ini. Hal ini memicu meningkatnya meningkatnya peringatan dari para pejabat Jepang, dengan Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda, bertemu dengan Perdana Menteri Fumio Kishida untuk membahas kekhawatiran terbaru pada hari Jumat.
Pejabat Jepang tidak mengesampingkan opsi karena para pelaku pasar membahas peluang intervensi untuk membeli yen dan menjual dolar. Jepang belum melakukan ini sejak 1998, ketika bekerja sama dengan AS - sementara Summers adalah wakil menteri keuangan - untuk membantu membendung turunnya yen.
Untuk bagiannya, Departemen Keuangan AS bersikeras pada keengganannya untuk mendukung setiap intervensi potensial di pasar forex untuk menghentikan depresiasi yen.
Summers menekankan bahwa semakin banyak masalah fundamental untuk yen adalah penyesuaian suku bunga di Jepang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Bank of Japan mempertahankan suku bunga jangka pendek yang negatif, serta batas imbal hasil 0,25% pada obligasi 10 tahun.
