Ketika pejabat pemerintah Inggris berbaris sambil dilingkupi rasa malu, pound kembali bangkit setelah aksi jual akhir pekan pada 14 Oktober. Keadaan ini disebabkan oleh penghentian program pelonggaran kuantitatif £ 65bn Bank of England. Pasar begitu terbiasa oleh hal yang bersifat sementara dari bank sentral menjadi semi-permanen sehingga pasar sangat kecewa karena kali ini semuanya tidak berjalan sesuai prediksi.
Saat BoE mencoba menggantikan QE dengan program repo jual beli obligasi, dengan mengetahui sepenuhnya bahwa tidak mungkin mengetatkan dan melonggarkan kebijakan moneter di waktu yang sama untuk waktu yang lama, anggota menteri kabinet mengulangi mantra yang sama dengan keras kepala. Pajak tidak akan turun secepat yang diinginkan banyak orang, dan tidak ada stimulus fiskal tanpa lebih banyak pinjaman dan utang. Pemotongan pajak harus dilakukan sedemikian rupa sehingga orang melihat bahwa pemerintah mampu membelinya.
Hentakkan terakhir dari kekacauan pasar keuangan adalah perubahan dari Menteri Keuangan serta pengumuman Liz Truss bahwa pajak perusahaan pada tahun 2023 akan meningkat dari 19% menjadi 25%. Investor menyadari bahwa pemerintah baru, setelah anggaran mini yang salah, memutuskan untuk menyinkronkan kebijakan moneter dan fiskal. Ini memiliki efek positif pada pasar utang dan GBPUSD. Namun, stabilisasi pasangan kemungkinan akan menjadi fenomena sementara. Goldman Sachs mencatat bahwa segera setelah masalah mereda, artinya, pasar akan tenang, akan ada pembicaraan bahwa tingkat repo tidak akan naik secepat yang diperkirakan saat ini, yang akan menurunkan sterling ke $1,05.
Selain itu, Goldman Sachs mengutip kenaikan pajak perusahaan, memangkas perkiraan pertumbuhan PDB Inggris untuk tahun 2023 dari -0,4% menjadi -1%. Inflasi inti pada akhir tahun depan diperkirakan sebesar 3,1%, bukan 3,3%.
Dinamika PDB Inggris
Menurut 47% dari 452 investor yang berpartisipasi dalam survei MLIV Pulse, Inggrislah yang memiliki peluang terbesar menghadapi resesi. Probabilitas bahwa zona euro akan menjadi yang pertama jatuh ke dalam resesi adalah 45%, dan AS adalah 7%.
Terkait hal inflasi, rilis data harga konsumen akan menjadi sorotan kalender ekonomi Inggris dalam minggu menjelang 21 Oktober. Pakar Bloomberg mengharapkan CPI mempercepat dari 9,9% menjadi 10% pada bulan September. Inflasi inti akan naik dari 6,3% menjadi 6,4%, tertinggi sejak 1992.
Dinamika indikator di atas kertas harus meningkatkan agresi Bank of England, dengan itu kemungkinan peningkatan 100 bps pada tingkat REPO pada bulan November yang secara teoritis dapat mendukung GBPUSD. Namun, mengingat adanya kebingungan di pasar keuangan dan rumor pengunduran diri Liz Truss, penguatan sterling pada statistik makro tampaknya tidak mungkin.
Secara teknikal, terdapat pola terbalik 1-2-3 pada daily chart GBPUSD. Tembusnya resistance diagonal di dekat 1,136 bisa menjadi peluang beli. Sampai ini terjadi, kami tetap mengalihkan fokus pada penjualan. Termasuk dalam kasus serangan yang berhasil pada support di 1.116.