Analis di Deutsche Bank AG dan Morgan Stanley percaya bahwa euro bisa naik setinggi 1,15 terhadap dolar AS dari posisi terendah 7 bulan saat ini di 1,07. Dalam perkiraan lain, Nomura International Plc memperkirakan pertumbuhan euro menjadi 1,10 pada akhir Januari. Selain itu, seorang manajer portofolio di Aegon Asset Management berencana untuk meningkatkan posisi beli di EUR/USD.
"Kami menerima miracle weather," kata Mark McCormick yang merupakan ahli strategi FX di TD Securities. Keadaan ini merupakan bantalan luar biasa yang memungkinkan Zona Euro melawan resesi.
Euro menikmati perubahan tajam pada sentimen pasar dibandingkan tahun 2022 ketika euro merosot ke tingkat paritas dengan dolar AS. Suhu musim dingin yang ringan di seluruh benua meniadakan skenario terburuk dengan kejatuhan ekonomi yang dahsyat. Namun demikian, investor mengakui bahwa skenario seperti itu mungkin muncul kembali setelahnya.
Tren di luar Eropa juga mengkonfirmasi sentimen bullish pada euro. Banyak investor memperkirakan dolar AS melemah, terutama pada kondisi meredanya inflasi di AS. Jika demikian, Federal Reserve akan mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga yang agresif. Ekonomi Eropa mendapat manfaat dari pembukaan kembali ekonomi China karena mengurangi gangguan dalam rantai pasokan.
"Risiko penurunan euro berkurang dengan harga gas yang lebih rendah," kata Gettinby, manajer portofolio di Aegon. "Kemacetan ekonomi Eropa masih meningkat sementara mereka surut di AS."
Indeks Stoxx 600 telah melonjak sebesar 5% tahun ini. Hasil ekstra yang dibutuhkan investor untuk mempertahankan utang Eropa yang berisiko telah menurun sejak pertengahan Oktober.
Bears masih menyuarakan keprihatinan bahwa Rusia mungkin meningkatkan kemajuan yang lebih luas di Ukraina. Harga energi yang mentok di level tinggi dalam waktu lama dapat menggagalkan pertumbuhan ekonomi. Lonjakan baru dalam inflasi AS dan data ekonomi makro yang lebih kuat dari perkiraan juga dapat mendorong reli baru dalam dolar AS dengan mengorbankan euro jika Federal Reserve melanjutkan retorika agresifnya.
Para analis di JPMorgan Chase & Co. masih mengkhawatirkan skenario resesi. Di saat yang sama, mereka mengatakan bahwa ECB yang hawkish kemungkinan besar akan menopang euro. Baru-baru ini, ECB telah merevisi pendiriannya dari hawkish menjadi netral untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan.
Pelaku pasar mengharapkan ECB untuk menaikkan suku bunga hampir 150 basis poin tahun ini sedangkan Federal Reserve diantisipasi untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga dan meningkatkan suku bunga sebesar 60 basis poin. Trader akan memantau dengan cermat data inflasi baru AS yang akan dirilis pada hari Kamis. Mereka akan mencari bukti baru bahwa tekanan inflasi telah berkurang.
"Semuanya sudah sesuai posisi masing-masing terkait penurunan dolar yang lebih berkelanjutan," George Saravelos sang kepala penelitian mata uang di Deutsche Bank mencatatkan saat menentukan prospek bullish untuk euro.
"Dua faktor utama terkait daya tarik safe haven dolar - guncangan energi di Eropa dan kebijakan nol-Covid China - telah berubah," tambahnya. "Pada akhirnya, revisi kebijakan Fed adalah mata rantai terakhir yang hilang."
