Survei emas mingguan terbaru menunjukkan bahwa investor ritel tetap optimis. Pada saat yang sama, pendapat para analis Wall Street terbagi secara merata: banyak yang menyarankan agar para trader membedakan antara volatilitas jangka pendek dan tren yang lebih luas.
Menurut Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, emas memiliki dukungan fundamental yang kuat, jadi dia secara pribadi cenderung bersabar. Namun, karena investor bereaksi terhadap penutupan posisi short dalam dolar AS, volatilitas spekulatif yang disebabkan oleh posisi tersebut kemungkinan besar akan menyebabkan penurunan harga minggu ini. Selama emas diperdagangkan di atas $1.950, logam mulia ini masih berada dalam tren naik.
Sean Lusk, wakil direktur hedging komersial di Walsh Trading, juga memantau level $1.950. Meskipun demikian, ia bersikap bearish untuk minggu mendatang. Namun demikian, dalam jangka panjang, ia yakin akan kenaikan harga karena ketidakpastian ekonomi secara keseluruhan memberikan dukungan yang solid untuk logam mulia.
19 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei emas. Dengan jumlah suara yang sama, posisi bearish dan bullish masing-masing mengumpulkan delapan suara, mewakili 42%. Selain itu, 16%, atau tiga analis, tetap netral.
Dalam jajak pendapat online, total ada 665 suara yang diberikan. Dari jumlah tersebut, 382 responden, atau 57%, memperkirakan harga emas akan naik. Sebanyak 162 lainnya, atau 24%, percaya bahwa harga emas akan turun, dan 121 pemilih, atau 18%, tetap netral.
Minat terhadap aset-aset safe-haven meningkat karena kekhawatiran resesi terus meningkat. Kebijakan moneter Federal Reserve, yang mempengaruhi dolar AS, tetap menjadi kekuatan pendorong.
Beberapa analis percaya bahwa emas akan menghadapi tantangan karena Fed telah mengindikasikan bahwa mereka tidak siap untuk menurunkan suku bunga karena inflasi yang terus-menerus.
