Mary Daly, Presiden Federal Reserve Bank of San Francisco, menyatakan kemarin bahwa ekonomi AS dalam kondisi baik, dan bank sentral tidak perlu segera merespons kebijakan baru yang diperkenalkan oleh pemerintahan Trump.
Daly mencatat bahwa indikator ekonomi saat ini, seperti tingkat pengangguran dan pertumbuhan PDB yang stabil, menunjukkan kondisi sistem keuangan negara yang sehat. Dia menekankan bahwa Federal Reserve akan terus memantau situasi dan siap beradaptasi dengan kondisi yang berubah, tetapi terburu-buru menyesuaikan kebijakan moneter tidaklah bijaksana. Selain itu, dia menyoroti perlunya mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari reformasi pajak yang diusulkan oleh pemerintahan Trump, termasuk dampaknya terhadap inflasi dan pengeluaran konsumen. Mendukung konsumen dan bisnis tetap menjadi prioritas utama, dan The Fed bertujuan untuk menciptakan kondisi bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Ada banyak ketidakpastian," ujar Daly pada hari Selasa selama diskusi panel yang diselenggarakan oleh Commonwealth Club World Affairs of California. Namun dia menambahkan: "Kita bisa mengambil waktu kita dan melihat apa yang terjadi, baik dalam ekonomi maupun politik."
Daly percaya bahwa tindakan preemptif tidak lagi diperlukan, menandakan pendekatan yang lebih lunak terhadap suku bunga daripada yang diperkirakan sebelumnya. Presiden Fed San Francisco juga menyatakan bahwa pekerjaan untuk mengembalikan inflasi ke 2% belum selesai, dan dia mendedikasikan 100% energinya untuk menghadapi tantangan ini.
Perlu dicatat bahwa Daly dan pejabat Fed lainnya saat ini menghadapi ketidakpastian luar biasa mengenai kebijakan masa depan yang mungkin diambil oleh pemerintahan Trump terkait tarif, imigrasi, perpajakan, dan regulasi, yang semuanya dapat memengaruhi ekonomi AS. Daly juga menekankan pentingnya memahami dampak bersih dari kebijakan baru, termasuk cakupan, besaran, dan waktunya, yang masih belum jelas.
"Jika Anda mengambil langkah preemptif dengan melihat faktor-faktor ini secara terpisah, Anda mungkin membuat kesalahan kebijakan," ujarnya.
Tarif Trump dan Reaksi Pasar
Pada hari Senin, Presiden Donald Trump mengumumkan penerapan tarif 25% pada Kanada dan Meksiko, tetapi pada hari Selasa, ia mencapai kesepakatan dengan kedua pemerintah untuk menunda penerapannya setidaknya selama sebulan. Namun, tarif 10% pada barang-barang Tiongkok mulai berlaku pada tengah malam, memicu serangkaian tindakan balasan dari Beijing.
Hal ini berdampak positif pada aset berisiko, menyebabkan penguatan euro dan pound Inggris, serta pelemahan dolar AS. Namun, masih sulit untuk memprediksi berapa lama optimisme investor terhadap euro dan pound akan bertahan. Tindakan tak terduga dari Trump dapat dengan cepat mengembalikan tekanan pada aset berisiko.
Pandangan Teknikal
EUR/USD:Pembeli sekarang perlu fokus untuk menembus level 1,0395. Hanya ini yang akan membuka jalan untuk menguji 1,0430. Dari sana, pasangan ini bisa naik ke 1,0465, tetapi melakukannya tanpa dukungan pemain besar akan menjadi tantangan. Target akhir adalah level tertinggi 1,0495. Jika terjadi penurunan, aktivitas pembelian signifikan diharapkan terjadi di sekitar 1,0360. Jika tidak ada dukungan yang muncul pada level tersebut, akan bijaksana untuk menunggu pengujian ulang level terendah 1,0320 atau membuka posisi long dari 1,0280.
GBP/USD:Pembeli pound perlu merebut resistance terdekat di 1,2520. Hanya ini yang akan memungkinkan pergerakan menuju 1,2570, di atas mana akan sulit untuk ditembus. Target akhir adalah 1,2600, setelah itu lonjakan yang lebih tajam menuju 1,2630 dapat diharapkan. Jika pasangan ini menurun, para penjual akan mencoba untuk mendapatkan kembali kendali di 1,2450. Keberhasilan menembus kisaran ini akan memberikan pukulan serius bagi para pembeli dan mendorong GBP/USD turun ke 1,2415, dengan potensi mencapai 1,2380.
