Bitcoin saat ini mengalami salah satu penurunan terbesar sejak awal tahun, melemah sekitar 15% hanya dalam satu minggu dan jatuh di bawah $86.000. Namun, reaksi ini bukanlah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah cryptocurrency. Ki Young Ju, kepala platform analitik CryptoQuant, mendorong para investor untuk tetap tenang, dengan menunjukkan bahwa koreksi 30% adalah kejadian yang biasa dalam pasar bullish.
Data historis mendukung pandangan ini. Pada tahun 2021, Bitcoin mengalami penurunan sebesar 53%, tetapi kemudian mencapai titik tertinggi baru di atas $69.000. Pola serupa juga diamati pada tahun 2017 dan 2013.
Selain itu, selama setiap siklus pasar bull, biasanya ada dua hingga tiga koreksi dalam kisaran 20% hingga 30% sebelum pasar melanjutkan tren naiknya. Menurut prediksi dari Glassnode, koreksi saat ini adalah yang ketiga terdalam dalam siklus ini, hanya tertinggal dari penurunan yang terlihat pada April dan Agustus 2023.
Indeks Fear and Greed: Sinyal Beli?
Indikator signifikan dari sentimen pasar adalah Indeks Fear and Greed, yang telah anjlok ke 10 poin — level terendah sejak Juni 2022. Bertentangan dengan ketakutan umum, angka yang rendah seperti ini seringkali menunjukkan bahwa pasar mungkin telah mencapai titik terendah.
Para ahli mengonfirmasi bahwa ketika tingkat ketakutan tinggi, probabilitas pemulihan cepat meningkat. Para analis CryptoQuant menyatakan bahwa rasio MVRV untuk pemegang jangka pendek telah jatuh di bawah 1, ambang batas yang secara historis mendahului pertumbuhan dalam siklus pasar sebelumnya.
Selain itu, data dari Glassnode mengungkapkan bahwa persentase pasokan Bitcoin yang saat ini dalam keuntungan telah menurun menjadi 64%, yang selanjutnya menandakan bahwa aset tersebut mungkin telah oversold.
Mengapa Bitcoin Jatuh: Panik atau Alasan Fundamental?
Keruntuhan cryptocurrency belum lama ini bertepatan dengan beberapa perkembangan signifikan. Ketegangan geopolitik antara AS dan mitra dagangnya meningkat akibat sanksi baru, yang menyebabkan larinya modal menuju aset-ase safe haven.
Pada saat yang sama, dana yang diperdagangkan di bursa Bitcoin (ETFs) mengalami arus keluar rekor sebesar $938 juta hanya dalam 24 jam, yang terbesar sejak instrumen ini diluncurkan. Masalah ini diperparah oleh peretasan bursa Bybit, yang mengakibatkan kerugian $1,5 miliar dalam cryptocurrency, menjadikannya serangan siber terbesar sejak 2022.
Terlepas dari peristiwa yang mengkhawatirkan ini, sebagian besar faktor tampaknya bersifat jangka pendek. Indikator yang lebih penting adalah perilaku investor besar, yang sering disebut sebagai "whale". Menurut Santiment, dompet yang memegang lebih dari 0,1% dari total volume Bitcoin telah menambahkan $1,28 miliar ke saldo mereka dalam beberapa minggu terakhir, meskipun harga turun.
Selain itu, Glassnode melaporkan bahwa pemegang jangka panjang terus mengakumulasi Bitcoin, menunjukkan keyakinan kuat mereka terhadap prospek pertumbuhannya ke depan.

Whale Cenderung Membeli Ketika Banyak Orang Menjual
Sejarah menunjukkan bahwa pemain besar biasanya tidak panik selama penurunan pasar. Pada tahun 2020 dan 2021, peningkatan aktivitas whale selama fase bearish mendahului rally signifikan dalam Bitcoin. Jika pola ini kembali terulang, pasar bisa pulih paling cepat beberapa minggu ke depan.
Data jaringan mendukung pengamatan ini: selama 10 hari terakhir, jumlah total Bitcoin yang dimiliki di dompet investor besar telah meningkat sebanyak 15.000 koin. Ini merupakan salah satu aliran masuk terbesar sejak awal tahun, menunjukkan tren akumulasi dalam antisipasi pertumbuhan di masa depan. Selain itu, para analis dari CryptoQuant mencatat penurunan signifikan dalam cadangan Bitcoin di bursa, yang merupakan sinyal bullish lain yang menunjukkan sentimen positif jangka panjang di pasar.
Level Support dan Skenario Pengembangan
Para analis memantau dengan cermat level harga kunci untuk Bitcoin. Salah satu level penting terletak di $95.000, yang dianggap sebagai zona signifikan bagi investor institusional. Level penting lainnya terletak di $89.000, yang diidentifikasi sebagai level support jangka pendek. Jika terbentuk koreksi lebih dalam, harga bisa turun ke kisaran $70.000 hingga $71.000.
Arthur Hayes, salah satu pendiri BitMEX, percaya bahwa Bitcoin mungkin turun ke sekitar $70.000 sebelum menemukan stabilitas. Namun, dalam jangka panjang, sebagian besar analis optimistis terhadap masa depan Bitcoin. Para ahli di Bernstein memprediksi bahwa Bitcoin bisa naik ke $150.000 pada akhir 2025, terlepas dari volatilitas pasar saat ini.
Apa Selanjutnya?
Pasar cryptocurrency saat ini berada di bawah tekanan, tetapi pola historis dan aktivitas whale menunjukkan potensi pemulihan cepat. Periode panik seringkali menghadirkan peluang pembelian, dan koreksi ini bisa menjadi ujian selanjutnya bagi ketahanan Bitcoin.
Indikator teknikal, sentimen investor, dan aktivitas whale menunjukkan titik balik di pasar. Meski demikian, faktor kuncinya adalah kemampuan Bitcoin untuk mempertahankan harga di atas $70.000 dan merebut kembali level di atas $92.000 dalam beberapa minggu ke depan.
Volatilitas menjadi aspek fundamental dari pasar cryptocurrency. Bagi mereka yang tetap tenang dan berpegang pada strateginya, koreksi ini mungkin tidak menjadi ancaman, melainkan justru menjadi peluang untuk berinvestasi sebelum rally berikutnya.
Jika faktor makroekonomi dan permintaan dari para investor institusional tetap mendukung, pemulihan bisa dimulai paling cepat pada kuartal kedua 2025.