Yen Jepang telah mencapai level terendah terhadap dolar AS sejak awal Agustus, mempertahankan landasan bagi penurunan lebih lanjut. Hasil pemilu yang tidak terduga di Jepang mendorong negara tersebut ke arah kebijakan fiskal ekspansif, yang mempersulit tugas Bank of Japan untuk mengendalikan inflasi dan menstimulasi perekonomian. Selain itu, para pelaku pasar telah mulai memperhitungkan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan pada akhir bulan, yang menjelaskan lemahnya posisi yen.
Indeks saham Asia terus mengikuti rally Wall Street. Hal ini semakin melemahkan peran yen sebagai aset safe haven. Sementara itu, data yang dipublikasikan di Jepang menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga pada bulan Agustus tumbuh lebih cepat daripada ekspektasi, yang mengisyaratkan perlunya kebijakan moneter lebih ketat oleh regulator dan memberikan sedikit dukungan bagi yen. Di saat yang sama, ekspektasi kebijakan Federal Reserve yang dovish memperlambat penguatan dolar AS, membatasi momentum kenaikan USD/JPY.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Jepang, pengeluaran rumah tangga pada bulan Agustus naik sebesar 2,3% year-on-year (yoy), menandai pertumbuhan selama empat bulan berturut-turut. Hasil ini menegaskan niat Bank of Japan untuk terus menaikkan suku bunga, meskipun Sanae Takaichi terpilih sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP). Takaichi, yang menganjurkan pengeluaran anggaran berskala besar, akan menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang setelah sidang parlemen pada pertengahan Oktober. Ekspektasi tersebut meningkatkan tekanan pada bank sentral dan berkontribusi pada pelemahan yen lebih lanjut.
Pada hari Senin, indeks Nasdaq dan S&P 500 mencapai rekor tertinggi baru, memicu minat para investor menjelang musim laporan keuangan perusahaan kuartal ketiga. Indeks Nikkei 225 Jepang juga mencapai rekor tertinggi baru, dan dalam konteks kebijakan ekonomi yang lebih aktif, hal ini melemahkan posisi mata uang Jepang.
Dolar AS sedang pulih setelah melemah dari puncaknya di bulan September, sehingga mendorong USD/JPY menuju level tertinggi baru yang terakhir terlihat di bulan Agustus. Di saat yang sama, para pelaku pasar kurang yakin untuk memperpanjang rally dolar karena ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Menurut data FedWatch CME, peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed pada bulan Oktober dan Desember masing-masing berada di kisaran 95% dan 84%. Selain itu, kekhawatiran terhadap shutdown berkepanjangan pemerintah AS membatasi potensi pertumbuhan dolar dan pasangan USD/JPY.
Pemerintah federal AS telah ditutup selama enam hari berturut-turut, sementara Senat menunda sidang tanpa mencapai kesepakatan anggaran. Partai Demokrat menolak rancangan anggaran yang diajukan Partai Republik, menuntut kelanjutan subsidi layanan kesehatan bagi masyarakat.
Minggu ini, pasar menantikan pidato dari anggota kunci FOMC, terutama Ketua Fed Jerome Powell pada hari Kamis. Rilis risalah rapat pada hari Rabu dapat memberikan gambaran tentang potensi penurunan suku bunga di tengah risiko ekonomi, peristiwa yang akan memengaruhi dinamika dolar AS dan pasangan USD/JPY.
Dari perspektif teknikal, breakout level psikologis 150,00 kemarin menguntungkan para investor. Selain itu, osilator pada grafik harian tetap berada di wilayah positif, menunjukkan bahwa jalur dengan halangan terkecil untuk harga spot adalah naik. Terlebih, harga telah menembus level tertinggi Agustus di sekitar 151,00.
Di sisi lain, pullback korektif kemungkinan akan menemukan support yang kuat di level 150,70 dan 151,00.