Situasi yang menarik tengah terjadi di pasar saham, dengan saham Microsoft di bawah tekanan. Menurut Bloomberg, ekuitas raksasa teknologi itu telah kehilangan daya tariknya di tengah menurunnya antusiasme investor terhadap kecerdasan buatan.
Dalam beberapa bulan terakhir, daya tarik saham perusahaan telah berkurang, yang oleh para analis dikaitkan dengan memudarnya minat investor dalam perdagangan AI. Pelaku pasar sekarang mencari peluang investasi yang lebih menguntungkan dalam sektor TI yang lebih luas.
Selama enam bulan terakhir, saham pengembang perangkat lunak terkemuka itu hanya naik 1,3%, dibandingkan dengan kenaikan hampir 10% untuk indeks Nasdaq 100, Bloomberg melaporkan. Kinerja yang kurang bergairah ini disebabkan oleh hasil ekonomi Microsoft yang beragam pada kuartal terakhir tahun 2024, ditambah dengan kelelahan investor terhadap AI. Pelaku pasar mencari bukti lebih lanjut tentang permintaan untuk produk dan layanan terkait AI.
Tahun ini, saham Microsoft telah naik 14%. Hal ini menyusul lonjakan 57% yang mengesankan pada tahun 2023. Meskipun demikian, analis Wall Street tetap optimis terhadap prospek jangka panjang perusahaan tersebut. Prospek saham Microsoft tetap menguntungkan, dengan para ahli memperkirakan pendapatan raksasa TI tersebut akan tumbuh 14,5% pada tahun fiskal 2025 dan meningkat menjadi 19% pada tahun 2028. Laba bersih per saham juga kemungkinan akan mengalami pertumbuhan dua digit.
Pada saat yang sama, Microsoft tengah bergulat dengan tantangan internal. Pada awal September, perusahaan tersebut memberhentikan 650 karyawan di divisi game-nya. Meskipun demikian, raksasa teknologi tersebut telah meyakinkan pasar bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk menutup studio video game-nya atau menghentikan pengembangan game, gadget, dan produk terkait.
