Perang dagang yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump telah menimbulkan kepanikan di kalangan pemegang crypto. Akibatnya, banyak aset digital mengalami penurunan tajam.
Pada 24 Februari, Trump mengumumkan tarif 25% untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko. Pernyataan ini langsung memicu aksi jual besar-besaran di pasar mata uang virtual. Dalam 24 jam, hampir $917,9 juta posisi crypto dilikuidasi, yang $844,7 juta di antaranya merupakan posisi beli (long). Dalam kondisi ini, total kapitalisasi pasar aset digital anjlok 4,7% menjadi $2,98 triliun.
Indeks Fear and Greed juga mengalami penurunan drastis. Dalam sehari, indikator ini merosot dari 49 menjadi 25 poin, bergeser dari zona netral ke wilayah "ketakutan". Bahkan para pemegang Bitcoin ikut panik dan mulai menjual aset mereka. Akibatnya, harga BTC turun di bawah $91.000 sebelum terkoreksi ke $92.266.
Menurut analis, Bitcoin anjlok setelah pidato Trump. Para ahli dari bursa crypto Bitfinex mengaitkan pelemahan BTC dan cryptocurrency lainnya dengan ketidakpastian makroekonomi. Mereka memperkirakan bahwa kebijakan Trump justru semakin mengguncang pasar dan meningkatkan risiko inflasi. Akibatnya, para investor menjadi enggan menanamkan modal mereka di aset berisiko. Minggu lalu, mereka menarik dana sebesar $552,5 juta dari ETF Bitcoin karena meningkatnya kehati-hatian di pasar.
Perlu dicatat bahwa para pelaku pasar telah berulang kali mencoba menembus rekor tertinggi BTC yang dicapai pada Januari 2025. Para trader berusaha melanjutkan rally bullish, tetapi upaya mereka gagal. "Momentum yang dibutuhkan untuk menembus level resistance tidak cukup kuat, yang menyebabkan periode kontraksi dan konsolidasi di hampir semua aset crypto utama," Bitfinex menyimpulkan.