Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengundang perhatian publik dengan pernyataannya yang tak terduga: menurutnya, pelemahan dolar justru mungkin menjadi dorongan besar bagi sektor manufaktur dan ekspor AS. Sebuah pandangan yang cukup berani dari Gedung Putih.
Berbicara mengenai kekuatan mata uang, Trump menyampaikan pandangan yang cukup seimbang. Ia mengakui bahwa dolar yang kuat terdengar positif secara psikologis, tetapi di sisi lain, dolar yang lebih lemah seringkali memberikan keuntungan ekonomi yang lebih nyata bagi produsen dan eksportir AS.
“Kalau kita punya dolar yang kuat, hasilnya cuma satu—terdengar bagus,” ujar Trump. “Tapi kamu tidak bisa mengandalkan sektor pariwisata, kamu tidak bisa menjual traktor, tidak bisa menjual truk, tidak bisa menjual apa-apa.”
Menurut Presiden AS tersebut, dolar yang kuat memang membantu menekan inflasi. Namun, ia yakin bahwa para pelaku industri akan lebih diuntungkan bila dolar mengalami pelemahan moderat. “Memang terdengar tidak bagus, tapi kamu bisa menghasilkan jauh lebih banyak uang dengan dolar yang lebih lemah—bukan dolar yang lemah, tapi lebih lemah,” jelasnya.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kinerja dolar terhadap enam mata uang utama dunia, saat ini telah stabil setelah sempat menyentuh posisi terendah dalam dua pekan. Sejak awal masa jabatan Trump, indeks DXY telah turun hampir 10%.
Trump juga menyinggung negara-negara seperti Jepang dan Tiongkok, yang menurutnya telah “berjuang” selama puluhan tahun untuk mempertahankan mata uang yang lebih lemah. Dalam pandangannya, strategi tersebut memungkinkan mereka mendominasi pasar global selama bertahun-tahun.
Meskipun demikian, Trump tetap mengakui nilai psikologis dari mata uang yang kuat, dengan menekankan pentingnya simbolis dan strategis dari kekuatan dolar bagi Amerika Serikat.
