Semakin banyak warga negara Turki yang membuang kartu Mastercard dan Visa mereka dan beralih ke Troy. Lonjakan permintaan terhadap sistem pembayaran nasional baru-baru ini merupakan akibat dari boikot nasional terhadap perusahaan atau negara yang mendukung Israel dalam perang yang sedang berlangsung dengan Hamas.
Pada awal November 2023, dilaporkan sekitar 19 juta kartu Troy diterbitkan di Turki. Volume transaksi melonjak hingga 50 miliar lira Turki setelah naik menjadi 17,4 miliar lira Turki pada bulan Oktober.
Kartu pembayaran domestik Turki yang diluncurkan enam tahun lalu diterima di semua ATM dan terminal POS di negara tersebut. Pada musim panas 2023, hanya 15 dari 85 juta warga yang menggunakannya. Kini, angka tersebut meningkat berkali-kali lipat.
Gerakan boikot di Turki ini mendapatkan momentumnya. Menurut para pakar, ini adalah protes terhadap dukungan ekonomi yang diberikan negara-negara Barat kepada Israel di tengah permusuhan mematikan di Jalur Gaza, yang mencerminkan kenaikan sentimen anti-Israel di kalangan masyarakat Turki. Selain itu, mengingat 4% dari setiap pembelian menggunakan kartu Mastercard dan Visa dilakukan di luar negeri, banyak orang Turki yang lebih menyukai sistem pembayaran nasional.
Sebelumnya, pihak berwenang Turki menolak sebagian besar impor dari Israel. Numan Kurtulmus, Ketua Parlemen, menyatakan bahwa negaranya tidak akan membeli apa pun mulai sekarang dan bahkan membuang apa yang sudah dibelinya. Hal yang sama juga berlaku bagi negara-negara yang mendukung pasukan Israel, ujarnya.
Pada akhir Oktober, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengomentari situasi di Jalur Gaza. Dia menuduh Israel melakukan “kejahatan perang dan meminta pihak berwenang dan tentara negara tersebut untuk menghentikan “kegilaan” tersebut.
Sebagai tanggapan, banyak jaringan supermarket Israel menghentikan impor barang-barang Turki. Khususnya, Turki sebelumnya termasuk di antara lima eksportir teratas ke Israel. Pada tahun 2022, impor dari republik ini mencapai $7 miliar. Namun, para ahli memperingatkan, meningkatnya ketegangan geopolitik mungkin akan mengakhiri perdagangan bersama.