Pada hari Jumat, China mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya, meskipun Federal Reserve AS secara tak terduga memutuskan untuk memangkas suku bunganya sebesar setengah poin persentase awal pekan ini.
Bank Rakyat China (PBoC) mempertahankan suku bunga pinjaman utama (LPR) satu tahun tetap di 3,35 persen, sementara LPR lima tahun, yang menjadi acuan untuk suku bunga hipotek, tetap di 3,85 persen. Ini mengikuti penurunan terakhir pada bulan Juli ketika LPR diturunkan sebesar 10 basis poin.
PBoC menyesuaikan LPR setiap bulan berdasarkan pengajuan dari 18 bank yang ditunjuk, meskipun Beijing memiliki pengaruh signifikan atas keputusan ini. LPR menggantikan suku bunga pinjaman acuan tradisional pada Agustus 2019.
Terlepas dari kebutuhan yang jelas untuk pelonggaran kebijakan moneter, keputusan hari ini untuk mempertahankan suku bunga menyoroti kekhawatiran PBoC terhadap profitabilitas bank dan penurunan imbal hasil obligasi jangka panjang, menurut ekonom di Capital Economics.
"Sebelum mereka dapat menerapkan pemotongan suku bunga, mereka mungkin perlu mengurangi tekanan pada bank dengan menurunkan persyaratan cadangan, yang kami perkirakan akan terjadi segera," catat para ekonom tersebut.
Mereka lebih lanjut mengamati bahwa setiap pelonggaran kebijakan moneter dalam beberapa kuartal mendatang kemungkinan akan bersifat moderat dan tidak cukup untuk secara signifikan meningkatkan permintaan sektor swasta. Sementara itu, Federal Reserve AS pada hari Rabu memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin, menandai penurunan pertama dalam lebih dari empat tahun.
Pada hari Kamis, Bank of England mempertahankan suku bunga banknya di 5,00 persen setelah pemotongan seperempat poin pada bulan Agustus. Sebelumnya hari ini, Bank of Japan juga mempertahankan suku bunga kuncinya tidak berubah setelah kenaikan pada bulan Juli.
