FX.co ★ Lima negara yang bisa membuat harga minyak naik
Lima negara yang bisa membuat harga minyak naik
Menurut beberapa ahli, harga minyak tidak hanya dipengaruhi oleh produksi global, tetapi juga oleh resiko geopolitik. Gangguan pasokan juga membebani harga minyak. Iran, Irak, Libya, Nigeria dan Venezuela, Kelima Petrostate "Fragile', terus mengalami potensi gangguan, meghadapi ancaman terhadap pasar minyak global. Lihat dampak dari negara-negara terkait proses produksi minyak global.
Irak
Analis mengatakan bahwa resiko terbesar berasal dari Irak. Ketegangan Geopolitik meningkat di negara. Insiden terkini termasuk diantaranya adalah penyitaan tak terduga dari ladang minyak Kirkuk oleh pemerintah Irak, yang mengganggu beberapa pengiriman minyak. Akibatnya, pengiriman di pelabuhan Turki Ceyhan, tujuan ekspor minyak Irak, turun menjadi 196.000 bpd. Para ekonom memperkirakan potensi pemadaman listrik sebesar 600.000 bpd.
Iran
Perilaku geopolitik Iran juga menciptakan pasar minyak yang tidak dapat diprediksi. Bahaya utama bagi Iran adalah kembalinya sanksi AS, yang dapat menakut-nakuti investor dan mengurangi tajam ekspor minyak Iran. Menurut Goldman Sachs, beberapa ratus ribu barel ekspor minyak bisa beresiko. Namun, itu adalah skenario terburuk.
Libya
Anggota OPEC ini dibebaskan dari kesepakatan OPEC. Pada 2016, menurut para ahli, negara itu memiliki risiko penurunan untuk pasar minyak, karena Libya melipat-tigakan produksi minyaknya. Namun, kerusakan pada beberapa terminal ekspornya berarti produksi tidak akan lebih dari 1,25 juta barel per hari. Analis mengatakan bahwa Libya mewakili risiko pasokan ke pasar minyak global karena ketidakstabilan politik dan ekonomi yang sedang berlangsung.
Nigeria
Masalah di negara ini serupa dengan Libya, Nigeria juga dibebaskan dari pemangkasan cadangan OPEC karena memiliki tingkat kekerasan tinggi, ketidakstabilan dan terorisme. DI tahun 2016, produksi minyak stabil di Nigeria, mencapai 1,2 juta barel per hari. Namun, potensi kenaikan produksi lebih lanjut hampir tidak mungkin karena negara tersebut berjanji untuk membatasi produksi ketika mencapai tingkat 1,8 juta barel per hari. Itu terjadi pada 2017. Produksi skala penuh juga dipengaruhi oleh serangan teroris yang sering terjadi.
Venezuela
Para ahli sepakat dalam pendapat bahwa situasi di Venezuela akan memburuk. Ini bisa memicu penurunan tajam pasokan minyak. Tanpa pendanaan, PDVSA milik negara tidak dapat berinvestasi dalam produksi baru dan bahkan mempertahankan produksi yang ada. Para ahli menyarankan bahwa kualitas minyak Venezuela telah menurun karena tidak memiliki dana untuk benar-benar memperlakukan minyak mentahnya yang berat. Pada saat yang sama, analis tidak mengesampingkan kemungkinan gagal bayar utang di PDVSA.