Fed telah merancang secara jelas untuk pengetatan, sehingga emas kini bisa naik ke tertinggi baru, di atas $2.000 per ounce. George Milling-Stanley, kepala strategi di State Street Global Advisors, menyatakan bahwa keputusan kebijakan moneter lebih hawkish dari yang dia perkirakan, tetapi jauh lebih dovish daripada yang diperkirakan pasar. Selain itu, bank sentral AS tidak hanya menaikkan suku bunga sebesar 25 poin basis, tetapi juga mengisyaratkan bahwa pada pertemuan berikutnya, mereka dapat mulai memotong neraca mereka. Mereka juga memperbarui perkiraan, menurunkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ekspektasi inflasi untuk tahun 2022. Mereka tidak lupa mengumumkan potensi kenaikan suku bunga tujuh kali lipat tahun ini.
Meski langkah itu tampak agresif, Milling-Stanley menyatakan bahwa hal itu tidak akan cukup untuk menakut-nakuti pasar emas. Dia menjelaskan, reaksi harga emas dapat diprediksi karena sekarang setelah rencana Fed telah ditetapkan, investor dapat fokus pada ancaman inflasi yang semakin meningkat.
Pada bulan Desember, tim Milling-Stanley di State Street Global Advisors memperkirakan bahwa harga emas akan berkisar antara $1.800 dan $2.000 per ounce sepanjang tahun 2022. Tampaknya, perkiraan ini semakin menjadi kenyataan.
Data CPI AS, yang dirilis minggu lalu, menunjukkan bahwa inflasi YoY naik 7,9% pada bulan Februari, mencapai level tertinggi baru dalam 40 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa inflasi akan tetap tinggi hingga akhir tahun ini.
Tetapi, bahkan jika inflasi mengisyaratkan akan terus naik, Fed akan melanjutkan penerapan rencananya untuk mengekang resesi, menjaga semuanya tetap terkendali. Milling-Stanley menyatakan bank sentral melakukan pekerjaan yang baik dalam menjaga inflasi tinggi saat ini terkendali, dibandingkan dengan inflasi pada tahun 1970-an.
